Manusia dan Tanggung Jawab
A.Tanggung Jawab
Pengertian tanggung
jawab memang seringkali terasa sulit untuk menerangkannya dengan tepat.
Adakalanya tanggung jawab dikaitkan dengan keharusan untuk berbuat sesuatu,
atau kadang-kadang dihubungkan dengan kesedihan untuk menerima konsekuensi dari
suatu perbuatan. Banyaknya bentuk tanggung jawab ini menyebabkan terasa sulit
merumuskannya dalam bentuk kata-kata yang sederhana dan mudah dimengerti.
Tetapi kalau kita amati lebih jauh, pengertian tanggung jawab selalu berkisar
pada kesadaran untuk melakukan, kesediaan untuk melakukan, dan kemampuan untuk
melakukan.
Dalam kebudayaan kita,
umumnya "tanggung jawab" diartikan sebagai keharusan untuk
"menanggung" dan "menjawab" dalam pengertian lain yaitu
suatu keharusan untuk menanggung akibat yang ditimbulkan oleh perilaku
seseorang dalam rangka menjawab suatu persoalan.
Pada umumnya banyak
keluarga berharap dapat mengajarkan tanggung jawab dengan memberikan
tugas-tugas kecil kepada anak dalam kehidupan sehari-hari. Dan sebagai orangtua
tentunya kita pun berkeinginan untuk menanamkan rasa tanggung jawab pada anak.
Tuntutan yang teguh
bahwa anak harus setia melakukan tugas-tugas kecil itu, memang menimbulkan
ketaatan. Namun demikian bersamaan dengan itu bisa juga timbul suatu pengaruh
yang tidak kita inginkan bagi pembentukan watak anak, karena pada dasarnya rasa
tanggung jawab bukanlah hal yang dapat diletakkan pada seseorang dari luar,
rasa tanggung jawab tumbuh dari dalam, mendapatkan pengarahan dan pemupukan
dari sistem nilai yang kita dapati dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.
Rasa tanggung jawab yang tidak bertumpuk pada nilai-nilai positif, adakalanya
dapat berubah menjadi sesuatu yang asosial.
Ada beberapa cara yang
dapat diterapkan untuk mendidik anak sejak usia dini agar menjadi anak yang
bertanggung jawab, sebagaimana Charles Schaeffer, Ph.D. mengutip apa yang
pernah dikemukakan oleh Dr. Carlotta De Lerma, tentang prinsip-prinsip penting
yang harus dilakukan untuk membantu anak bertanggung jawab.
1. Memberi teladan yang
baik.
Dalam mengajarkan tanggung
jawab kepada anak, akan lebih berhasil dengan memberikan suatu teladan yang
baik. Cara ini mengajarkan kepada anak bukan saja apa yang harus dilakukan dan
bagaimana cara melakukannya, akan tetapi juga bagaimana orangtua melakukan
tugas semacam itu.
2. Tetap dalam
pendirian dan teguh dalam prinsip.
Dalam hal melakukan
pekerjaan, orangtua harus melihat apakah anak melakukannya dengan segenap hati
dan tekun. Sangat penting bagi orangtua untuk memberikan suatu perhatian pada
tugas yang tengah dilakukan oleh si anak. Janganlah sekali-kali kita
menunjukkan secara langsung tentang kesalahan-kesalahan anak, tetapi
nyatakanlah bagaimana cara memperbaiki kesalahan tersebut. Dengan demikian
orantua tetap dalam pendirian, dan teguh dalam prinsip untuk menanamkan rasa
tanggung jawab kepada anaknya.
3. Memberi anjuran atau
perintah hendaknya jelas dan terperinci.
Orangtua dalam memberi
perintah ataupun anjuran, hendaklah diucapkan atau disampaikan dengan cukup
jelas dan terperinci agar anak mengerti dalam melakukan tugas yang dibebankan
kepadanya.
4. Memberi ganjaran
atas kesalahan.
Orangtua hendaknya
tetap memberi perhatian kepada setiap pekerjaan anak yang telah dilakukannya
sesuai dengan kemampuannya. Tidak patut mencela pekerjaan anak yang tidak
diselesaikannya. Kalau ternyata anak belum dapat menyelesaikan pekerjaannya
saat itu, anjurkanlah untuk dapat melakukan atau melanjutkannya besok hari.
Dengan memberikan suatu pujian atau penghargaan, akan membuat anak tetap
berkeinginan menyelesaikan pekerjaan itu. Seringkali orangtua senang
menjatuhkan suatu hukuman kepada anak yang tidak berhasil menyelesaikan
tugasnya. Andaikan memungkinkan lebih baik memberikan ganjaran atas kesalahan
dan tidak semata-mata mempermasalahkannya.
5. Jangan terlalu
banyak menuntut.
Orangtua selayaknya
tidak patut terlalu banyak menuntut dari anak, sehingga dengan sewenang-wenang
memberi tanggung jawab yang tidak sesuai dengan kemampuannya. Berikanlah
tanggung jawab itu setahap demi setahap, agar si anak dapat menyanggupi dan
menyenangi pekerjaan itu.
Suatu kebiasaan yang
keliru pada orangtua dalam hal mendidik anak, adalah bahwa mereka seringkali
sangat memperhatikan dan mengikuti emosinya sendiri. Tetapi sebaliknya emosi
anak-anak justru kurang diperhatikan. Orangtua boleh saja marah kepada anak, akan
tetapi jagalah supaya kemarahan yang dinyatakan dalam tindakan seperti omelan
dan hukuman itu benar-benar tepat untuk perkembangan jiwa anak. Dengan
perkataan lain, marahlah pada saat si anak memang perlu dimarahi.
Anak-anak yang sudah
mampu berespon secara tepat, adalah anak yang sudah mampu berfikir dalam
mendahulukan kepentingan pribadi. Dan anak seperti ini sudah tinggal selangkah
lagi kepada pemilikan rasa tanggung jawab.
Pada hakekatnya
tanggung jawab itu tergantung kepada kemampuan, janganlah lantas kita
mengatakan bahwa anak yang berusia tujuh tahun itu tidak mempunyai tanggung
jawab, karena tidak menjaga adiknya secara baik, sehingga si adik terjatuh dari
atas tembok. Sesungguhnya anak yang baru berusia tujuh tahun tidak akan mampu
melakukan hal seperti itu. Jelaslah bahwa beban tanggung jawab yang diserahkan
pada seorang anak haruslah disesuaikan dengan tingkat kematangan anak. Untuk
itu dengan sendirinya orangtua merasa perlu untuk lebih jauh mengenal tentang
kemampuan anaknya.
Dalam memberikan anak
suatu informasi tentang hal yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan
adalah sangat penting. Tanpa pengetahuan ini anak tidak bisa disalahkan bila ia
tidak mau melakukan apa yang seharusnya ia lakukan. Namun untuk sekedar
memberitahu secara lisan, seringkali tidak cukup. Orangtua juga harus bisa
menjelaskan dengan contoh bagaimana caranya melakukan hal tersebut, disamping
harus dijelaskan alasan-alasan mengapa hal itu harus dilakukan, atau tidak
boleh dilakukan.
Biasanya kita cenderung
untuk melihat rasa tanggung jawab dari segi- segi yang konkrit, seperti: apakah
tingkah lakunya sopan atau tidak; kamar anak bersih atau tidak; apakah si anak
sering terlambat datang ke sekolah atau tidak; dan sebagainya.
Seorang anak bisa saja
berlaku sopan, datang ke sekolah tepat pada waktunya, tetapi masih juga membuat
keputusan-keputusan yang tidak bertanggungjawab. Contoh seperti ini seringkali
kita jumpai terutama pada anak-anak yang selalu mendapatkan instruksi atau
petunjuk dari orangtua mengenai apa yang mesti mereka kerjakan, sehingga mereka
kurang mendapat kesempatan untuk mengadakan penilaian sendiri, mengambil
keputusan sendiri serta mengembangkan norma-norma yang ada dalam dirinya.
Rasa tanggung jawab
sejati haruslah bersumber pada nilai-nilai asasi kemanusiaan. Nilai-nilai tidak
dapat diajarkan secara langsung. Nilai-nilai dihirup oleh anak dan menjadi
bagian dari dirinya hanya melalui proses identifikasi, dengan pengertian lain, anak
menyamakan dirinya dengan orang yang ia cintai dan ia hormati serta berusaha
meniru mereka. Contoh hidup yang diberikan orangtua, akan menciptakan suasana
yang diperlukan untuk belajar bertanggung jawab. Pengalaman-pengalaman konkrit
tertentu memperkokoh pelajaran itu, sehingga menjadi bagian dari watak dan
kepribadian anak.
Jadi jelaslah, bahwa
masalah rasa tanggung jawab pada anak, akhirnya kembali pada orangtuanya
sendiri, atau dengan kata lain terpulang pada nilai-nilai dalam diri orangtua,
yaitu seperti tercermin dalam mengasuh dan mendidik anak.
C.
PENGABDIAN DAN PENGORBANAN
Wujud tanggung jawab juga berupa pengabdian dan pengorbanan. Pengabdian dan pengorbanan adalah perbuatan baik untuk kepentingan manusia itu sendiri.
(a). Pengabdian
Pengabdian adalah perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat ataupun tenaga sebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih sayang, honnat, atau satu ikatan dan semua itu dilakukan dengan ikhlas.
(b). Pengorbanan
Pengorbanan berasal dari kata korban atau kurban yang berarti persembahan, sehinggaa pengorbanan berarti pemberian untuk menyatakan kebaktian. Dengan demikian pengorbanan yang bersifat kebaktian itu mengandung unsur keikhlasan yang tidak mengandung pamrih. Suatu pemberian yang didasarkan atas kesadaran moral yang tulus ikhlas semata-mata.Perbedaan antara pengertian pengabdian dan pengorbanan tidak begitu jclas. Karena adanya pengabdian tentu ada pengorbanan. Antara sesama kawan, sulit dikatakan pengabdian, karena kata pengabdian mengandung arti lebih rendah tingkatannya. Tetapi untuk kata pengorbanan dapat juga diterapkan kepada sesama teman. Pengorbanan merupakan akibat dari pengabdian. Pengorbanan dapat berupa harta benda, pikiran, perasaan, bahkan dapat juga berupa jiwanya. Pengorbanan diserahkan secara ikhlas tanpa pamrih, tanpa ada perjanjian, tanpa ada transaksi, kapan saja diperlukan.Pengabdian lebih banyak menunjuk kepada perbuatan sedangkan, pengorbanan lebih banyak menunjuk kepada pemberian sesuatu misalnya berupa pikiran, perasaan, tenaga, biaya, waktu. Dalam pengabdian selalu dituntut pengorbanan, tetapi pengorbanan belum tentu menuntut pengabdian.
Contoh Pengabdian :
Kesediaan seorang guru sekolah dasar ditempatkan di pelosok terpencil daerah transmigrasi, adalah pengabdian yang juga menuntut pengorbanan. Dikatakan pengabdian karena ia mengajar di situ tanpa menerima gaji dari pemerintah, tanpa diurus oleh pihak berwenang usul pengangkatannya, ia hanya bertanggung jawab untuk kemajuan dan kecerdasan masyarakat / bangsanya. la hanya menerima penghargaan dan belas kasihan dari masyarakat setempat. Pengorbanan yang ia berikan berupa tenaga, pikiran, waktu untuk kepentingan anak didiknya.
Manusia dan Kegelisahan
A. PENGERTIAN
KEGELISAHAN
Kegelisahan berasal
dari kata gelisah, yang berarti tidak tenteram hatinya, selalu merasa khawatir,
tidak tenang, tidak sabar, cemas. Sehingga kegelisahan menipakan hal yang
menggambarkan seseorang tidak tentram hati maupun perbuatannya, merasa kawatir,
tidak tenang dalam tingkah lakunya, tidak sabar ataupun dalam kecemasan.
Kegelisahan hanya dapat diketahui dari gejala tingkah laku atau gerak gerik seseorang dalam situasi tertentu. Gejala tingkah laku atau gerak-gerik itu umumnya lain dari biasanya, misalnya berjalan mundar-mandir dalam ruang tertentu sambil menundukkan kepala; memandang jauh ke depan sambil mengepal-ngepalkan tangannya; duduk termenung sambil memegang kepalanya; duduk dengan wajah munmg atau sayu, malas bicara; dan lain-lain.
Kegelisahan menipakan salah satu elcspirsi dari kecemasan. Karena itu dalam kehidupan sehari-hari, kegelisahan juga diartikan sebagai kecemasan, kekawatiran ataupun ketakutan. Masalah kecemasan atau kegelisahan berkaitan juga dengan masalah frustasi, yang secara definisi dapat disebutkan, behwa seseorang mengalami frustasi karena apa yang diinginkan tidak tecapai.
(a). Kecemasan obyektif
Kecemasan tentang kenyataan adalah suatu pengalaman perasaan sebagai akibat pengamatan atau suatu bahaya dalam dunia luar. Bahaya adalah sikap keadaan dalam lingkungan seseorang yang mengancam untuk mencelakakannya. Pengalaman bahaya dan timbulnya kecemasan mungkin dari sifat pembawaan, dalam arti kata, bahwa seseorang mewarisi kecenderungan untuk menjadi takut kalau ia berada dekat dengan benda-benda tertentu atau keadaan tertentu dari lingkungannya.
Kenyataan yang pemah dialami seseorang misalnya pemah terkejut waktu diketahui dipakaiannya ada kecoa. Keterkejutannya itu demikian hebatnya, sehingga kecoa merupakan binatang yang mencemaskan. Seseorang wanita yang pemah diperkosa oleh sejumlah pria yang tidak bertanggung jawab, sering ngeri melihat pria bila ia sendirian, lebih-lebih bila jumlahnya sama dengan yang pemah memperkosanya. Kecemasan akibat dari kenyataan yang pemah dialami sangat terasa bilamana pengalaman itu mengancam eksistensi hidupnya. (b). Kecemasan neorotis (syaraf)
Kecemasan ini timbul karena pengamatan tentang bahaya dari naluriah. Menurut Sigmund Freud, kecemasan ini dibagi tiga macam, yakni :
(1) Kecemasan yang timbul karena penyesuaian diri dengan lingkungan. Kecemasan timbul karena orang itu takut akan bayangannya sendiri, atau takut akan id-nya sendiri, sehingga menekan dan menguasai ego. Kecemasan semacam ini menjadi sifat dari seseorang yang gelisah, yang selalu mengira bahwa seseuatu yang hebat akan terjadi.
(2) Bentuk ketakutan yang tegang dan irrasional (phobia). Bentuk khusus dari phobia adalah, bahwa intensitet ketakutan melebihi proporsi yang sebenamya dari obyek
Kegelisahan hanya dapat diketahui dari gejala tingkah laku atau gerak gerik seseorang dalam situasi tertentu. Gejala tingkah laku atau gerak-gerik itu umumnya lain dari biasanya, misalnya berjalan mundar-mandir dalam ruang tertentu sambil menundukkan kepala; memandang jauh ke depan sambil mengepal-ngepalkan tangannya; duduk termenung sambil memegang kepalanya; duduk dengan wajah munmg atau sayu, malas bicara; dan lain-lain.
Kegelisahan menipakan salah satu elcspirsi dari kecemasan. Karena itu dalam kehidupan sehari-hari, kegelisahan juga diartikan sebagai kecemasan, kekawatiran ataupun ketakutan. Masalah kecemasan atau kegelisahan berkaitan juga dengan masalah frustasi, yang secara definisi dapat disebutkan, behwa seseorang mengalami frustasi karena apa yang diinginkan tidak tecapai.
(a). Kecemasan obyektif
Kecemasan tentang kenyataan adalah suatu pengalaman perasaan sebagai akibat pengamatan atau suatu bahaya dalam dunia luar. Bahaya adalah sikap keadaan dalam lingkungan seseorang yang mengancam untuk mencelakakannya. Pengalaman bahaya dan timbulnya kecemasan mungkin dari sifat pembawaan, dalam arti kata, bahwa seseorang mewarisi kecenderungan untuk menjadi takut kalau ia berada dekat dengan benda-benda tertentu atau keadaan tertentu dari lingkungannya.
Kenyataan yang pemah dialami seseorang misalnya pemah terkejut waktu diketahui dipakaiannya ada kecoa. Keterkejutannya itu demikian hebatnya, sehingga kecoa merupakan binatang yang mencemaskan. Seseorang wanita yang pemah diperkosa oleh sejumlah pria yang tidak bertanggung jawab, sering ngeri melihat pria bila ia sendirian, lebih-lebih bila jumlahnya sama dengan yang pemah memperkosanya. Kecemasan akibat dari kenyataan yang pemah dialami sangat terasa bilamana pengalaman itu mengancam eksistensi hidupnya. (b). Kecemasan neorotis (syaraf)
Kecemasan ini timbul karena pengamatan tentang bahaya dari naluriah. Menurut Sigmund Freud, kecemasan ini dibagi tiga macam, yakni :
(1) Kecemasan yang timbul karena penyesuaian diri dengan lingkungan. Kecemasan timbul karena orang itu takut akan bayangannya sendiri, atau takut akan id-nya sendiri, sehingga menekan dan menguasai ego. Kecemasan semacam ini menjadi sifat dari seseorang yang gelisah, yang selalu mengira bahwa seseuatu yang hebat akan terjadi.
(2) Bentuk ketakutan yang tegang dan irrasional (phobia). Bentuk khusus dari phobia adalah, bahwa intensitet ketakutan melebihi proporsi yang sebenamya dari obyek
yang ditakutkannya.
Misalnya seorang gadis takut memegang benda yang terbuat dari karet. Ia tidak
mengetahui sebab ketakutan tersebut, setelah dianalisis; ketika masih kecil
dulu ia sering diberi balon karet oleh ayahnya, satu untuk dia dan satu untuk
adiknya. Dalam suatu pertengkaran ia memecahkan balon adiknya, sehingga ia
mendapat hukuman yang keras dari ayahnya. Hukuman yang didapatnya dan perasaan
bersalah menjadi terhubung dengan balon karet.
(3) Rasa takut lain ialah rasa gugup, gagap dan sebagainya. Reaksi ini munculnnya secara tiba-tiba tanpa ada provokasi yang tegas. Reaksi gugup ini adalah perbuatan meredakan din yang bertujuan untuk membebaskan seseorang dari kecemasan neorotis yang sangat menyakitkan dengan jalan melakukan sesuatu yang dikehendaki oleh id meskipun ego dan superego melarangnya.
(c). kecemasan moril
Kecemasan moril disebabkan karena pribadi seseorang.Tiap pribadi memiliki bennacam-macam emosi antara lain: hi, benci, dendam, dengki, marah, gelisah, cinta, rasa kurang.
Rasa iri, benci, dengki, dendam itu merupakan sebagian dari pemyataan individu secara keseluruhan berdasarkan konsep yang kurang sehat. Oleh karena itu sering alasan untuk iri, benci, dengki itu kurang dapat dipahami orang lain.
(3) Rasa takut lain ialah rasa gugup, gagap dan sebagainya. Reaksi ini munculnnya secara tiba-tiba tanpa ada provokasi yang tegas. Reaksi gugup ini adalah perbuatan meredakan din yang bertujuan untuk membebaskan seseorang dari kecemasan neorotis yang sangat menyakitkan dengan jalan melakukan sesuatu yang dikehendaki oleh id meskipun ego dan superego melarangnya.
(c). kecemasan moril
Kecemasan moril disebabkan karena pribadi seseorang.Tiap pribadi memiliki bennacam-macam emosi antara lain: hi, benci, dendam, dengki, marah, gelisah, cinta, rasa kurang.
Rasa iri, benci, dengki, dendam itu merupakan sebagian dari pemyataan individu secara keseluruhan berdasarkan konsep yang kurang sehat. Oleh karena itu sering alasan untuk iri, benci, dengki itu kurang dapat dipahami orang lain.
B. SEBAB-SEBAB ORANG
GELISAH
Apabila kita kaji, sebab-sebab orang gelisah adalah karena pada hakekatnya orang takut kehilangan hak-haknya. Hal itu adalah akibat dari suatu ancaman, baik ancaman dari luar maupun dari dalam.
Apabila kita kaji, sebab-sebab orang gelisah adalah karena pada hakekatnya orang takut kehilangan hak-haknya. Hal itu adalah akibat dari suatu ancaman, baik ancaman dari luar maupun dari dalam.
C. USAHA-USAHA
MENGATASI KEGELISAHAN
Mengatasi kegelisahan ini pertama-tama hams mulai dari diri kita sendiri, yaitu kita hams bersikap tenang. Dengan sikap tenang kita dapat berpikir tenang, sehingga segala kesulitan dapat kita atasi.
Contoh
Dokter yang menghadapi istri dan anaknya yang sedang sakit, justru tidak dapat merasa tenang, karena ada ancaman terhadap haknya. Dokter tidak dapat berbuat apa-apa bila menghadapi keluarganya yang sakit, karena is merasa khawatir. Dalam hal ini dokter itu hams bersikap seperti menghadapi pasien yang bukan keluarganya.
Mengatasi kegelisahan ini pertama-tama hams mulai dari diri kita sendiri, yaitu kita hams bersikap tenang. Dengan sikap tenang kita dapat berpikir tenang, sehingga segala kesulitan dapat kita atasi.
Contoh
Dokter yang menghadapi istri dan anaknya yang sedang sakit, justru tidak dapat merasa tenang, karena ada ancaman terhadap haknya. Dokter tidak dapat berbuat apa-apa bila menghadapi keluarganya yang sakit, karena is merasa khawatir. Dalam hal ini dokter itu hams bersikap seperti menghadapi pasien yang bukan keluarganya.
D. KETERASINGANKeterasingan berasal dari kata
terasing, dan kata itu adalah dari kata dasar asing. Kata asing berarti
sendiri, tidak dikenal orang, sehingga kata terasing berarti, tersisihkan dari
pergaulan, terpisahkan dari yang lain, atau terpencil. Jadi kata keterasingan
berarti hal-hal yang berkenaan dengan tersisihkan dari pergaulan, terpencil
atau terpisah dari yang lain.
Terasing atau
keterasingan adalah bagian hidup manusia. Sebentar atau lama orang pemah
mengalami hidup dalam keterasingan, sudah tentu dengan sebab dan kadar yang
berbeda satu sama lain.
Yang menyebabkan orang berada dalam keterasingan itu ialah perilakunya yang tidak dapat diterima atau tidak dapat dibenarkan oleh masyarakat, atau kekurangan yang ada pada diri seseorang, sehingga is tidak dapat atau sulit menyesuaikan diri dalam masyarakat.
Yang menyebabkan orang berada dalam keterasingan itu ialah perilakunya yang tidak dapat diterima atau tidak dapat dibenarkan oleh masyarakat, atau kekurangan yang ada pada diri seseorang, sehingga is tidak dapat atau sulit menyesuaikan diri dalam masyarakat.
E. KESEPIAN
Kesepian berasal dari kata sepi yang berarti sunyi atau lengang, sehingga kata kesepian berarti merasa sunyi atau lengang, tidak berteman. Setiap orang pemah mengalami kesepian, karena kesepian bagian hidup manusia, lama rasa sepi itu bergantung kepada mental orang dan kasus penyebabnya.
Sebab-sebab terjadinya kesepian
Bermacam-macam penyebab terjadinya kespian. Frustasi dapat mengakibatkan kesepian. Dalam hal seperti itu orang tidak mau diganggu, ia lebih senang dalam keadaan sepi, tidak suka bergaul, dan sebagainya. Ia lebih senang hidup sendiri.
Contoh
Pangeran Sidharta, putra raja Kapilawastu, meninggalkan istana, tempat kemewahan, keramaian, dan ketidakpastian. Karena frustasi menyaksikan kontradiksi keadaan istana dengan keadaan luar istana yang penuh penderitaan, maka ia meninggalkan istana pergi ke tempat yang sepi, mencari hakekat hidup.
Kesepian berasal dari kata sepi yang berarti sunyi atau lengang, sehingga kata kesepian berarti merasa sunyi atau lengang, tidak berteman. Setiap orang pemah mengalami kesepian, karena kesepian bagian hidup manusia, lama rasa sepi itu bergantung kepada mental orang dan kasus penyebabnya.
Sebab-sebab terjadinya kesepian
Bermacam-macam penyebab terjadinya kespian. Frustasi dapat mengakibatkan kesepian. Dalam hal seperti itu orang tidak mau diganggu, ia lebih senang dalam keadaan sepi, tidak suka bergaul, dan sebagainya. Ia lebih senang hidup sendiri.
Contoh
Pangeran Sidharta, putra raja Kapilawastu, meninggalkan istana, tempat kemewahan, keramaian, dan ketidakpastian. Karena frustasi menyaksikan kontradiksi keadaan istana dengan keadaan luar istana yang penuh penderitaan, maka ia meninggalkan istana pergi ke tempat yang sepi, mencari hakekat hidup.
F. KETIDAKPASTIAN
Ketidak pastian berasal
dari kata tidak pasti artinya tidak menentu, tidak dapat ditentukan, tidak
tahu, tanpa arah yang jelas, tanpa asal-usul yang jelas. Ketidak pastian
artinya keadaan yang tidak pasti, tidak tentu, tidak dapat ditentukan, tidak
tahu, keadaan tanpa arah yang jelas, keadaan tanpa asal-usul yang jelas. Itu
semua adalah akibat pikirannya tidak dapat konsentrasi. Ketidak konsentrasian
disebabkan oleh berbagai sebab, yang jelas pikirannya kacau.
Ketidakpastian tentang lulus atau tidak dalam ujian sarjana yang sudah lama ditunggu-tunggu membuat orang gelisah. lulus atau tidak lulus ujian sarjana akan menentukan status atau karir seseorang dalam hidupnya. Ketidakpastian ini akan merugikan, karena status dari karir itu terancam. Karena ketidakpastian itu status yang telah ditetapkan oleh atasan menjadi hilang, berhubung ada orang lain yang lebih dulu memenuhinya.
Ketidakpastian tentang lulus atau tidak dalam ujian sarjana yang sudah lama ditunggu-tunggu membuat orang gelisah. lulus atau tidak lulus ujian sarjana akan menentukan status atau karir seseorang dalam hidupnya. Ketidakpastian ini akan merugikan, karena status dari karir itu terancam. Karena ketidakpastian itu status yang telah ditetapkan oleh atasan menjadi hilang, berhubung ada orang lain yang lebih dulu memenuhinya.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar