1.
|
Wujud
kebudayaan dalam masyarakat indonesia dan Ide/gagasan/konsep sistem budayanya.
Tahlil kebudayaan masyarakat Jawa
Sebagaimana
yang telah penulis posting pada pengenalan ilmu budaya dasar, kini penulis
menuliskan salah satu dari wujud kebudayaan yang ada di indonesia. Yakni
kebudayaan Tahlilan yang sering dijumpai pada masyarakat jawa. Pada suatu
sejarah, Tahlil merupakan kebiasaan masayarakat jawa sesudah islam menyebar
didaerah tersebut. Pada mulanya sebelum masuknya islam yang saat itu
masyarakat masih menganut agama Hindu, Masyarakat melakukan tradisi
berkumpul-kumpul ketika ada anggota sanak familinya meninggal dunia, setelah
beberapa hari dengan hitungan satu
minggu, empatpuluh hari, seratus hari,
satu tahun meninggalnya si mayit anggota keluarga berkumpul-kumpul lalu pergi
ke laut membacakan mantra-mantra, membuang bunga-bunga serta sesajen kelaut.
Setelah islam mulai masuk dijawa lalu mulai dakwah-dakwah oleh para wali dan
mubaligh, keadaan kebiasaan masyarakat jawa mulai diperbarui oleh wali dan
mubaligh yang berdakwah pada saat itu. Kebiasaan yang diperbarui dilandasi
oleh ajaran agama islam, namun tidak mengubah kebiasaan-kebiasaan budaya
tersebut hanya saja diganti yang sesuai dengan ajaran agama islam. Sebagai
contohnya, seperti sebelum tahlil bahwa masyarakat jawa dahulu melakukan
kebiasaan berkumpul ketika mengenang wafatnya anggota keluarganya. Kebiasaan
ini diubah polanya ketika Raden Syahid atau dikenal sunan Kalijaga sedang
menyebarkan agama islam lewat kesenian dan budaya. Ketika itu Beliau melihat
kebiasaan masyarakat jawa yang kurang pas, maksudnya bahwa kebiasaan ini
sangat jauh dari ajaran agama islam dan aneh bagi islam (karena bukan suatu
ajarannya). Dan pada saat itu beliau menindak lanjuti dari yang beliau lihat.
Beliau berencana mengubah kebiasaan dengan landasan untuk membenarkan langkah
yang dijalani oleh masyarakat tersebut. Setelah berencana, beliau meminta
izin kepada sultan brawijaya VI yang pada saat itu menjabat sebagai raja di
daerah tersebut. Ketika itu beliau mendapatkan izin dari sultan Brawijiya ke
VI Lalu betindak merubah kebiasaan itu dengan sesuatu yang diperbolehkan dan
tidak dilarang dalam islam. Konsepnya tidak merubah kebiasaan tersebut, namun
hanya saja mengganti perilaku dan bacaan-bacaan yang ada pada kebiasaan
tersebut, Yaitu mengganti berkumpul-kumpul lalu pergi kelaut diganti dengan
Ziarah kubur, berkumpul-kumpul dirumah si mayit selama tujuh hari, pada hari
ke-40 / empuluh hari, lalu seratus hari (nyatus), satu tahun tetap diadakan, namun
hanya saja bacaan mantera-mantera untuk simayit diganti menjadi bacaan
tahlil. Sebenarnya Islampun tidak mengajarkan tahlil pada ummatnya, namun
disini Sunan Kalijaga bermaksud untuk melaraskan jalan yang biasa dilakukan
oleh masyarakat jawa ketika itu. Kemudian membuang bunga kelaut di ganti
dengan shodaqoh. Beliau mengubah kebiasaan tersebut didasari dari ajaran
islam, bahwa intinya sesuatu yang baik maka akan diterima dan sesuatu yang
buruk maka akan ditolak. Langkah yang diambil beliau adalah langkah yang
baik. Tidak mungkin bahwa beliau berjalan pada suatu jalan yang buruk karena
beliau adalah seorang Waliyullah. Dari gagasan itulah sejarah kebudayaan
tahlil dan turun temurun hingga sekarang.
|
3.
|
Benda
(hasil fisik kebudayaan)
Sementara
hasil fisik dari kebudayaan tahlil adalah syair tahlil.
Gambar
ini adalah bagian dari bacaan tahlil.
Sumber
:
1.
Kholiq,
Mahfudz KH., 2007. Sejarah Walisongo. UD EFHA:Tegal
2.
Google
Gambar
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar