Minggu, 30 Oktober 2011

Writing of Ilmu Budaya Dasar


1.
Wujud kebudayaan dalam masyarakat indonesia dan Ide/gagasan/konsep sistem budayanya.
Tahlil kebudayaan masyarakat Jawa
Sebagaimana yang telah penulis posting pada pengenalan ilmu budaya dasar, kini penulis menuliskan salah satu dari wujud kebudayaan yang ada di indonesia. Yakni kebudayaan Tahlilan yang sering dijumpai pada masyarakat jawa. Pada suatu sejarah, Tahlil merupakan kebiasaan masayarakat jawa sesudah islam menyebar didaerah tersebut. Pada mulanya sebelum masuknya islam yang saat itu masyarakat masih menganut agama Hindu, Masyarakat melakukan tradisi berkumpul-kumpul ketika ada anggota sanak familinya meninggal dunia, setelah beberapa hari dengan hitungan satu
minggu, empatpuluh hari, seratus hari, satu tahun meninggalnya si mayit anggota keluarga berkumpul-kumpul lalu pergi ke laut membacakan mantra-mantra, membuang bunga-bunga serta sesajen kelaut. Setelah islam mulai masuk dijawa lalu mulai dakwah-dakwah oleh para wali dan mubaligh, keadaan kebiasaan masyarakat jawa mulai diperbarui oleh wali dan mubaligh yang berdakwah pada saat itu. Kebiasaan yang diperbarui dilandasi oleh ajaran agama islam, namun tidak mengubah kebiasaan-kebiasaan budaya tersebut hanya saja diganti yang sesuai dengan ajaran agama islam. Sebagai contohnya, seperti sebelum tahlil bahwa masyarakat jawa dahulu melakukan kebiasaan berkumpul ketika mengenang wafatnya anggota keluarganya. Kebiasaan ini diubah polanya ketika Raden Syahid atau dikenal sunan Kalijaga sedang menyebarkan agama islam lewat kesenian dan budaya. Ketika itu Beliau melihat kebiasaan masyarakat jawa yang kurang pas, maksudnya bahwa kebiasaan ini sangat jauh dari ajaran agama islam dan aneh bagi islam (karena bukan suatu ajarannya). Dan pada saat itu beliau menindak lanjuti dari yang beliau lihat. Beliau berencana mengubah kebiasaan dengan landasan untuk membenarkan langkah yang dijalani oleh masyarakat tersebut. Setelah berencana, beliau meminta izin kepada sultan brawijaya VI yang pada saat itu menjabat sebagai raja di daerah tersebut. Ketika itu beliau mendapatkan izin dari sultan Brawijiya ke VI Lalu betindak merubah kebiasaan itu dengan sesuatu yang diperbolehkan dan tidak dilarang dalam islam. Konsepnya tidak merubah kebiasaan tersebut, namun hanya saja mengganti perilaku dan bacaan-bacaan yang ada pada kebiasaan tersebut, Yaitu mengganti berkumpul-kumpul lalu pergi kelaut diganti dengan Ziarah kubur, berkumpul-kumpul dirumah si mayit selama tujuh hari, pada hari ke-40 / empuluh hari, lalu seratus hari (nyatus), satu tahun tetap diadakan, namun hanya saja bacaan mantera-mantera untuk simayit diganti menjadi bacaan tahlil. Sebenarnya Islampun tidak mengajarkan tahlil pada ummatnya, namun disini Sunan Kalijaga bermaksud untuk melaraskan jalan yang biasa dilakukan oleh masyarakat jawa ketika itu. Kemudian membuang bunga kelaut di ganti dengan shodaqoh. Beliau mengubah kebiasaan tersebut didasari dari ajaran islam, bahwa intinya sesuatu yang baik maka akan diterima dan sesuatu yang buruk maka akan ditolak. Langkah yang diambil beliau adalah langkah yang baik. Tidak mungkin bahwa beliau berjalan pada suatu jalan yang buruk karena beliau adalah seorang Waliyullah. Dari gagasan itulah sejarah kebudayaan tahlil dan turun temurun hingga sekarang.
2.
Aktivitas sistem sosial
Sementara aktivitas masyarakat jawa sekarang adalah meneruskan tradisi tahlil yang merupakan kebiasaan masyarakat jawa dahulu. Kebiasaan ini dilatar belakangi oleh ajaran agama.
3.
Benda (hasil fisik kebudayaan)
Sementara hasil fisik dari kebudayaan tahlil adalah syair tahlil.
Gambar ini adalah bagian dari bacaan tahlil.



Sumber :
1.    Kholiq, Mahfudz KH., 2007. Sejarah Walisongo. UD EFHA:Tegal
2.    Google Gambar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar